Senin, 01 Maret 2010

"Barang Hilang Bibi Baru pun Datang"

“Bibi…….!” Triakan itu menggema ke seluruh penjuru rumah, seisi rumah mendatangi sumber suara. Tidak dipungkiri lagi suara berasal dari kamar Sasya. Gadis manja putri satu-satunya dari keluarga Bapak Wijaya.
“Ada apa Sasya?” Tanya Ibu Wijaya dengan lembut kepada putrinya. “Baju Sasya hilang mah, padahal aku baru beli dan aku ingat banget aku suruh bibi buat simpan baju itu dilemari, tapi sekarang enggak ada!”
“Maaf Non, bibi sudah taruh dilemari, kan Non lihat sendiri.” Dengan rasa takut dan terbata Bibi menjelaskan. Namun penjelasan tidak di dengar , malah Sasya semakin murka dengan menghujani bibi dengan makian.
“Bibi enggak bisa mengelak lagi. Cuma Bibi yang tau baju itu baru dan asal Bibi tau, tiga kali gaji Bibi enggak akan cukup untuk membeli baju itu. Mana ada maling yang ngaku !”
“Coba Bibi ingat-ingat dimana Bibi taruh bajunya?” Tanya Bu Wijaya. “Bener ko Bu, Bibi ndak lupa.” Jawab Bibi dengan logat medoknya.
“Udah Mah, pecat aja si Bibi.”
“Masa setiap ada benda kamu yang hilang, kamu selalu tuduh pembantu. Bi Suti baru dua minggu di sini loh.”
“Pokonya Sasya enggak mau tau.”
“Benar kata Mamahmu. Bulan ini sudah tiga kali pembantu di ganti dan semua karena kamu yang minta.” Timpal Pak Wijaya. “Tapi udah jelas, bahwa Bi Suti yang terakhir lihat baju itu. Begitu juga Bibi-bibi sebelumnya. Aku enggak asal nuduh ko.”
“Bukan Bibi non. Pak, Bu, bukan Bibi.”
Suasana di kamar Sasya semakin kacau. Sasya yang tak henti memaki Bi Suti membuatnya terdiam menunduk tak bisa membela diri. Bahkan bujukan pasangan Wijaya pun tak mampu meredakan amarahnya. Dan untuk kesekian kalinya pembantu di rumah keluarga Wijaya di ganti lagi.
Ting tong… ting tong…
Bel berbunyi dan Bi Suti melangkah keluar untuk membukakan pintu, di ikuti oleh pasangan Wijaya dan Sasya. Ternyata yang datang adalah petugas Loundry, mengantarkan baju Sasya yang di sangka hilang. Betapa terkejut Sasya dan orang tuanya. Belum sembuh dari sadarnya, masuklah Dini adik sepupu Sasya. Sambil tersenyum dan menyapa seluruh keluarga mengulurkan bungkusan kepada Sasya. Stileto berwarna perak, isi ungkusan itu.
“Makasih Sya spatunya. Maaf baru bisa aku balikin sekarang.” Dengan malu Dini mengawai pembicaraan karena merasa tidak enak setelah meminjam sepatu Sasya lebih dari tiga minggu. “Iya, enggak papa.” Jawab Sasya dengan terbata.
Kriing… kriing…
“Halo?” Sapa Bibi kepada penelpon. Setelah beberapa saat kemudian, Bibi kembali ke ruang tamu.
“Non, tadi dari Koh Abeng. Katanya HP Non sudah bisa diambil sore ini juga.” Dengan polos Bibi menyampaikan pesan. Kontan Sasya dan orang tuanya makin terkejut. Melihat petugas Loundry datang mengantarkan baju, Dini yang datang membawa stiletto dan telpon dari tempat service HP berlangsung beruntun. Ternyata benda-benda itu tidak hilang di curi, melainkan sifat pelupa Sasya yang membuatnya hilang.
“Sasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!”
“Maaf Mah, Pah. Sasya lupa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar