Jumat, 23 Oktober 2009
Teknik Menulis Ilmiah
Bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah.
Bahasa Indonesia yang digunakan didalam tulisan ilmiah ternyata tidak selalu baku dan benar, banyak kesalahan sering muncul dalam tulisan ilmiah.
Bahasa Tulis Ilmiah
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis
dan ragam bahasa ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
(1) Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat,
(2) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
(3) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
(4) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :
CENDEKIA, LUGAS, JELAS, FORMAL, OBYEKTIF, KONSISTEN,
BERTOLAK DARI GAGASAN, SERTA RINGKAS DAN PADAT.
Teknik Menulis Ilmiah
Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat
formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat
dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Kata Formal : wanita, daripada, hanya, membuat, dipikiran, bagaimana, matahari
Kata Non-formal : Wanita, Ketimbang, Cuma, Bikin, Dipikirin, Gimana, Mentari
Kata Ilmiah Teknis : Modern, Alibi, Argumen, Informasi, Sinopsis, Urine
Kata Ilmiah Populer : Maju, Alasan, Bukti, Keterangan, Ringkasan, Air kencing
Bentukan Kata bernada
Formal : Menulis, Mendengarkan, Mencuci, Bagaimana, Mendapat, Tertabrak, Pengesahan
Non-formal : Nulis, Dengarkan, Nyuci, Gimana, Dapat, Ketabrak, Legalisir
Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh:
(1) kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat)
(2) ketepatan penggunaan ata fungsi atau kata tugas
(3) kebernalaran isi
(4) tampilan esei formal.
Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya memiliki subyek dan predikat.
Teknik Menulis Ilmiah
Obyektif
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
Contoh:
Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis kiranya disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen.
________________________________________
Teknik Menulis Ilmiah
Konsisten
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan
sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara
konsisten.
Contoh:
Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan dan menggalakan kembali
lumbung desa.
Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Contoh:
Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap unsur hara fosfor dan nitrogen.
Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah
Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah pada umumnya berkaitan dengan:
(1) kesalahan penalaran,
(2) kerancuan
(3) pemborosan
(4) ketidaklengkapan kalimat,
(5) kesalahan kalimat pasif
(6) kesalahan ejaan, dan
(7) kesalahan pengembangan paragraf.
Kesalahan Penalaran
Kesalahan penalaran yang umum terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intra-kalimat dan antar-kalimat.
Contoh:
Kegiatan penelitian di bidang ilmu hortikultur akan meningkatkan kesadaran mahasiswa akan
pentingnya persatuan dan kesatuan.
Kerancuan
Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau lebih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat.
Contoh:
Memperlihatkan dari melihatkan dan memperlihat Memperdengarkan dari mendengarkan dan memperdengar Memperdebatkan dari memperdebat dan mendebatkan Memperjadikan dari menjadikan dan memperjadi Memperlebarkan dari melebarkan dan memperlebar Mempertinggikan dari mempertinggi dan meninggikan dan lain sebagainya dari dan lain-lain serta dan sebagainya
Pemborosan
Pemborosan terjadi apabila terdapat unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa.
Contoh:
Parameter percobaan yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan terdiri dari dua parameter, yaitu parameter utama dan parameter penunjang.
Ketidaklengkapan Kalimat
Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya mempunyai pokok (subyek) dan penjelas (predikat).
Contoh:
Penelitian yang dilakukan menghasilkan teknologi baru tentang sistem pertanian organik.
Kesalahan Kalimat Pasif
Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan oleh penulis karya tulis ilmiah adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif.
Contoh:
Berbagai kesalahan departemen teknis dalam kuartal pertama tahun 2001 berhasil diungkap melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan.
Pertanyaan yang dapat diajukan adalah siapa yang berhasil ? Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan departemen teknis ?
Kesalahan Ejaan
Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan istilah EYD.
Pemisahan kata yang tidak dapat berdiri sendiri :
Salah : Pasca Sarjana, Pasca Panen, Usaha Tani,
Benar : Pascasarjana, Pascapanen, Usahatani
Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah
penafsiran :
Salah Penafsiran : Alat pandang dengar, Bersama anak isteri, Buku sejarah baru
Benar : Alat pandang-dengar, Bersama anak-isteri, Buku sejarah-baru
Kata jadian berimbuhan gabung depan dan belakang ditulis serangkai :
Kurang benar : Memberi tahukan, Dilipat gandakan, Dinon-aktifkan
Benar : Memberitahukan, Dilipatgandakan, Dinonaktifkan
Teknik Menulis Ilmiah
Penggunaan huruf kapital pada huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; berbeda dengan pada huruf pertama yang menunjuk tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Kurang benar : Bangsa Indonesia, Suku Madura
Benar : bangsa Indonesia, suku Madura
Bedakan dengan :
hari Kartini --- Hari Kartini
hari Raya Idhul Fitri --- Hari Raya Idhul Fitri
Kata hubung antar kalimat
Kurang benar : Oleh sebab itu kami…, Namun hal itu…, Untuk itu saudara…
Benar : Oleh sebab itu, kami ......... , Namun, hal itu ........... , Untuk itu, saudara ........
Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu kata atau dua kata
Kurang benar : Menonton 3 kali, Tigaratus ekor ayam, ½ bagian keuntungan
Benar : Menonton tiga kali, 300 ekor ayam, Setengah bagian keuntungan
Penulisan lambang bilangan dan singkatan pada
awal kalimat
Kurang benar : 15 orang berhasil, 250 orang tamu
Benar : Limabelas orang berhasil, Duaratus limapuluh orang tamu
Penulisan unsur serapan
Bahasa asli : Analisis, Chromosome, Technique, Quality
Kurang benar : Analisa, Khromosom, Tehnik, Kwalitas
Benar : Analisis, Kromosom, Teknik, Kualitas
sumber
www.muchlis-m.blogspot.com
Rabu, 21 Oktober 2009
class SuperClass {
public void MinumanTradisional () {
System.out.println("Macam-macam Minuman Tradisional :");
System.out.println("1. Bajigur");
System.out.println("2. Sekoteng");
System.out.println("3. Wedang Jahe");
System.out.println("4. Wedang Ronde");
System.out.println("5. Wedang Cemol");
System.out.println("6. Wedang Uwuh");
}
public static void main(String[] args) {
SuperClass sc = new SuperClass();
sc.MinumanTradisional ();
}
}
OUTPUT
Macam-macam Minuman Tradisional :
1.Bajigur
2.Sekoteng
3.Wedang Jahe
4.Wedang Ronde
5.Wedang Cemol
6.Wedang Uwuh
SUBCLASS :
class SubClass extends SuperClass {
public void Panggil() {
super.MinumanTradisional();
System.out.println("Bahan-bahan Minuman Tradisional :");
}
public void Bajigur () {
System.out.println("1. Bajigur: santan, kopi, garam, gula jawa, kolang-kaling");
}
public void Sekoteng () {
System.out.println("2. Sekoteng: air, jahe, gula jawa, sagu mutiara, kolang-kaling, irisan roti, irisan kelapa, kacang goreng ");
}
public void Wedang Jahe () {
System.out.println("3. Wedang Jahe: air, gula jawa, jahe, irisan kelapa");
}
public void Wedang Ronde () {
System.out.println("4. Wedang Ronde: air, jahe, gula jawa, serai, tepung ketan, kolang-kaling");
}
public void Wedang Cemol () {
System.out.println("5. Wedang Cemol: air, jahe, gula aren, serutan kelapa muda, irisan roti, kacang goreng ");
}
public void Wedang Uwuh () {
System.out.println("6. Wedang Uwuh: air, cengkih, daun pala, gula jawa, rimpang jahe, serutan kayu secang, serutan kayu manis");
}
public static void main(String[]args) {
SubClass scs = new SubClass();
scs.Panggil();
scs.Bajigur();
scs.Sekoteng();
scs.WedangJahe();
scs.WedangRonde();
scs.WedangCemol();
scs.WedangUwuh();
}
}
OUTPUT
Macam-macam Minuman Tradisional:
1.Bajigur
2.Sekoteng
3.Wedang Jahe
4.Wedang Ronde
5.Wedang Cemol
6.Wedang Uwuh
Bahan-bahan Minuman Tradisional :
1.Bajigur: santan, kopi, garam, gula jawa, kolang-kaling
2.Sekoteng: air, jahe, gula jawa, sagu mutiara, kolang-kaling, irisan roti, irisan kelapa, kacang goreng
3.Wedang Jahe: air, gula jawa, jahe, irisan kelapa
4.Wedang Ronde: air, jahe, gula jawa, serai, tepung ketan, kolang-kaling
5.Wedang Cemol: air, jahe, gula aren, serutan kelapa muda, irisan roti, kacang goring
6.Wedang Uwuh: air, cengkih, daun pala, gula jawa, rimpang jahe, serutan kayu secang, serutan kayu manis
Senin, 19 Oktober 2009
Perkembangan Bahasa Indonesia
ARTIKEL
PERKEMBANGAN BAHASA
1. Pendahuluan
1.1 Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa
Ikrar yang dikenal dengan nama “Soempah Pemoeda” ini butir ketigaberbunyi “Kami poetera-poeteri
Bahasa Indonesia Pada Masa Penjajahan
bahasa Indonesia tidak dihargai dengan sepantasnya walaupun dunia pergerakan politik semakin banyak memakai bahasa
Pada zaman pendudukan Jepang, bahasa Belanda dilarang pemakaiannya dan harus digani dengan bahasa
2. Perkembangan Bahasa
2.1 Penelusuran Perkembangan Bahasa
Penelusuran perkembangan bahasa Indonesia bisa dimulai dari pengamatan beberapa inskripsi (batu bertulis) atau prasasti yang merupakan bukti sejarah keberadaan bahasa Melayu di kepulauan Nusantara. Prasasti-prasasti itu mengungkapkan sesuatu yang menggunakan bahasa Melayu, atau setidak-tidaknya nenek moyang bahasa Melayu. Nama-nama prasasti adalah:
(1) Kedukan Bukit (683 Masehi),
(2) Talang Tuwo (684 Masehi),
(3)
(4) Karang Brahi (686 Masehi),
(5) Gandasuli (832 Masehi),
(6)
(7) Pagaruyung (1356) (Abas, 1987: 24)
Prasasti-prasasti itu memuat tulisan Melayu Kuno yang bahasanya merupakan campuran antara bahasa Melayu Kuno dan bahasa Sanskerta.
- Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di tepi Sungai Tatang di Sumatera Sedlatan, yang bertahun 683 Masehi atau 605 Saka ini dianggap prasasti yang paling tua, yang memuat nama Sriwijaya.
- Prasasti Talang Tuwo, bertahun 684 Masehi atau 606 Saka, menjelaskan tentang konstruksi bangunan Taman Srikestra yang dibangun atas perintas Hyang Sri-Jayanaca sebagai lambang keselamatan raja dan kemakmuran negeri. Prasasti ini juga memuat berbagai mantra suci dan berbagai doa untuk keselamatn raja.
- Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangsa dan prasasti Karang Brahi di Kambi, keduanya bertahun 686 Masehi atau 608 Saka, isinya hampir sama, yaitu permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan kerajaan Sriwijaya, agar menghukum para penghianat dan orang-orang yang memberontak kedaulatan raja. Juga berisi permohonan keselamatan bagi mereka yang patuh, taat, dan setia kepada raja Sriwijaya.
2.2 Jati Diri Bahasa
Bahasa Indonesia memiliki ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang berbeda dengan bahasa asing ataupun bahasa daerah, dengan ciri pokok inilah yang menjadi jati diri bahasa
- Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin.
Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan atau wanita. Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina. Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk.
Contoh:
Bahasa Inggris | : lion – lioness, host – hostess, steward –stewardness. |
Bahasa Arab | : muslimi – muslimat, mukminin – mukminat, hadirin – hadirat |
Bahasa Sanskerta | : siswa – siswi, putera – puteri, dewa – dewi. |
- Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak.
Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil.
Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa
c. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan kata untuk menyatakan waktu.
Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa
d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan – Menerangkan)
yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional, Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya, hal inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas, baik dan benar.
e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal
Yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan atau lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa
3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa
3.1 Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa
Bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
3.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
3.2.1 Sebagai Bahasa Nasional
Sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang.
“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa
3.2.2 Sebagai Bahasa Negara atau Resmi
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia.
Secara terperinci perbedaan ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu | Bahasa Indonesia |
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah. b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintah Hindia Belanda. c. Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah Hindia Belanda. | a. Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan b. Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan 1) bahasa pers, 2) bahasa dalam hasil sastra. |
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
4. Penutup
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara
Sumber :
http://mulich-m.blogspot.com